Selain membuati bodi bus untuk perusahaan di dalam negeri, karoseri Laksana asal Ungaran, Jawa Tengah juga mengekspor produk mereka. Tujuannya beragam, namun pesanan banyak datang dari Bangladesh dan Fiji.
Meski sepintas mirip, sama-sama mengandalkan bodi Legacy SR-2, namun ada perbedaan yang bisa terlihat dari bodi bus di Indonesia dibandingkan produk ekspor ke Bangladesh atau Fiji.
Perbedaan paling jelas adalah di pintu. Di mana bus Fiji dan Bangladesh hanya mengaplikasikan satu pintu di depan, tak seperti di Indonesia yang ada pintu di tengah dan belakang. Tetapi untuk keselamatan penumpang, terdapat pintu darurat di sisi kanan belakang.
Desain ini sendiri mengacu pada regulasi bodi bus di masing-masing negara. Tetapi secara umum, bodi bus tanpa pintu belakang ini bisa dilihat pada desain bus-bus di negara lain seperti Jepang, Malaysia, Singapura hingga Eropa.
Selain itu, pintu supir juga absen. Sebenarnya, larangan penggunaan pintu supir juga sudah berlaku di Indonesia. Namun masih banyak bus yang menggunakan pintu di sisi kanan tersebut.
Sementara di dalam kabin, tak ada perbedaan signifikan. Karena pada interior ini sifatnya lebih fleksibel, kustomisasi bisa dilakukan sesuai permintaan pelanggan. Contohnya pada bus Hino dari Pehicle Tours Fiji Ltd., bus ini mengadopsi jok untuk 49 penumpang dengan konfigurasi 2-2. Bedanya, tiap jok memiliki seatbelt. Nah hal seperti ini belum berlaku umum di Indonesia. Meski ada beberapa perusahaan, terutama bus wisata yang memesan seatbelt tiap jok untuk mengakomodasi pelanggan mereka dari luar negeri.