Pandemi Covid-19 seakan membuat membuat seluruh industri otomotif dunia dibuat merangkak.
Namun bagi merek asal Perancis, Renault seakan mendapatkan masalah yang lebih buruk lagi. Renault telah mencatatkan rekor kerugian bersih sebesar USD 8,6 miliar atau sekitar Rp 124 triliun di semester pertama tahun 2020. Selain Covid-19, skandal mantan bosnya, Carlos Ghosn telah merusak perusahaan ini luar dalam.
Foto: Indianautosblog
"Hasil hari ini akan menjadi panggilan peringatan. Kami saat ini menyentuh dasar kurva negatif yang dimulai beberapa tahun lalu, dan mungkin bahkan lebih awal. Kami berada dalam situasi yang kompleks dan sulit," ujar Luca de Meo, CEO Renault seperti dikutip dari Autocar.co.uk (31/07).
De Meo mengatakan Renault sekarang akan menggandakan rencana turnaround yang telah diumumkan sebelumnya. Artinya Renault akan memberhentikan ribuan pekerja, mengurangi berbagai lini produk, dan meningkatkan kerja sama antara mitra aliansi pada produksi kendaraan.
Ia juga mengatakan fokusnya akan mendorong Renault dapat memberikan keuntungan terutama melalui mobil kompak, crossover SUV, dan kendaraan listrik dan hibrid, serta mengubah target dari volume penjualan.
"Kami tahu apa yang perlu kami lakukan. Hasil yang lebih baik sedang menunggu di ujung jalan yang berliku-liku ini," kata de Meo.
Penjualan Renault merosot 34,9% dan membakar USD 6,38 miliar dalam bentuk tunai selama semester pertama. Kinerja Renault lebih buruk daripada yang diharapkan investor. Perkiraan konsensus analis untuk kerugian bersih sekitar 5 miliar euro dan kerugian operasional 1,8 miliar Euro menurut data Refinitiv.