Karena Indonesia di daerah tropis yang terik, kaca film diandalkan sebagai pencegah panas di dalam kabin. Mobil pribadi, pikap, bus maupun truk menggunakan pelapis kaca ini. Namun, masih ada anggapan yang keliru tentang kaca film, bahwa semakin gelap akan semakin rendah suhu di dalam kabin.
“Itu hal yang salah kaprah. Karena panas tidaknya kabin, itu berdasarkan pada kemampuannya (kaca film) memantulkan panas, bukan pada kemampuannya menangkis sinar yang masuk ke dalam kabin,” terang Ludwig Hendrias Kuswandi, dari Aneka Film, prinsipal kaca film Vision di Indonesia. “Semakin gelap kaca film, artinya semakin kecil intesitas cahaya yang berhasil menembusnya. Namun bukan berarti hal ini berlaku untuk intensitas panas yang juga menjadi bagian dari sinar matahari,” tegasnya
Kembali ke soal panas yang meresap masuk kabin, semuanya tergantung pada kandungan material dan kualitas kaca film, serta tidak ada hubungannya dengan besar kecil cahaya yang masuk ke kabin.
Ludwig menjelaskan, bahwa bagian yang menolak panas pada kaca film adalah kemampuan menolak sinar inframerah, disebut Infrared rejection (IR) dan kemampuan menolak sinar ultraviolet, Ultraviolet Rejection (UVR). "Melalui bagian inilah panas yang datang dari sinar matahari, ditahan agar tidak masuk ke dalam kabin," tegasnya.
Sedangkan untuk gelap atau terangnya sebuah kaca film disebut sebagai “Visible light transmission (VLT) merupakan satuan prosentase tentang kemampuan cahaya untuk menembus kaca film.
Secara umum, total energi dari sinar matahari terbagi dalam 53% sinar inframerah, 44% VLT dan sinar ultraviolet 3%. Nah, jika ingin kabin suhunya rendah, tentu harus menghitung Total Solar Energy Rejected (TSER) ini, yang merupakan gabungan dari semua bagian tadi, TSER = (IR+UVR+VLT).
Tetapi dengan tingginya angka TSER menjamin kabin lebih adem? Tidak juga, karena jika hasil tersebut diperoleh dari angka VLT dan ultraviolet yang tinggi, hanya akan menghasilkan kaca lebih gelap dengan pantulan sinar yang lebih tinggi saja.
Sekali lagi perlu dipahami, bahwa hanya kemampuan mereduksi sinar inframerah (IR, infrared rejection) yang masuk ke dalam kabin saja, yang bisa membuat ruang penumpang rendah suhunya.