Awal pertemuan saya dengan M. Iqbal Hakeem, terjadi pada Januari 2018. Ketika itu tim Otorider mengadakan acara bertajuk Otorider Massive Ride Hidden Shinobi. Memang, sunmori keliling Jakarta yang bertambat di Twin House, Cipete Jakarta Selatan itu melibatkan banyak penggemar motor. Salah satunya, ya Iqbal.
Iqbal yang termasuk pria pendiam, saat itu menjadi pusat perhatian rombongan. Bagaimana tidak? Karena hanya dia satu-satunya yang menggunakan motor berkapasitas besar, dengan suara knalpot menggelegar, yakni BMW S1000RR alias Nadine panggilannya. Dan lantaran teman seperjalan semua berkapasitas kecil, pria kelahiran Jakarta, 8 Juni 1995 itu terlihat agak susah mengimbangi kami, yang terlalu pelan. “Gue pake gigi satu terus nih,” teriaknya dari balik pelindung kepala AGV Pista GP-R 46 Project berbahan carbon kesayangannya.
Munculnya Iqbal dalam rombongan pun dijelaskan oleh Hieronimus Girindra, pemred www.otorider.com. Manut, panggilan akrabnya membisikkan saya, “Orang Ini yang mau melamar jadi karyawan kita mas. Dia seorang biker, petrolhead juga motovlogger. Buka aja channel Iqbal Hakeem di YouTube.” Detik itu juga saya buka channel-nya dan sekaligus bingung. Benarkah yang bersangkutan mau gabung di PT Bintang Langit Multimedia? Melihat backgroundnya, kok ya sepertinya nggak akan mau.
Beberapa hari setelah itu, terjadilah pertemuan berikutnya. Lulusan Tehnik Industri, Universitas Bina Nusantara ini, malah memberi kesan positif impresi saya. Dan semua yang saya offer untuk menjadi karyawan, tidak ada satupun yang ditawar oleh penggemar motor sport bermesin besar ini. Iqbal bilang, sudah saatnya saya harus membalas budi orangtua. Bahkan, dengan semangat dia balik bertanya, “Kapan saya bisa mulai bekerja?” Saya jawab, “Ya secepatnya.”
Setelah resmi bergabung dan menjadi karyawan termuda, keseharian pemilik MINI Cooper JCW hitam ini memang di luar dugaan kami. Karena ternyata dia memiliki karakter dengan hidup sederhana, apa adanya dan sangat ringan tangan. Bahkan sekian puluh motor besarnya tak pernah ia banggakan di depan rekan lain. Ia pun tak sungkan masuk kolong mobil rekannya atau rela tangan belepotan oli, demi membantu teman-teman yang kendaraannya sedang rusak. “Biar cepat selesai dan bisa ngobrol lagi,” alasannya saat itu.
Dalam pekerjaan, Iqbal juga memiliki catatan sangat baik. Tidak pernah telat, inovatif dan ia pun masuk karakter manusia yang tak mudah menyerah. Segala sesuatu coba diterobosnya. Beberapa proyek besar di otorider.com pun, hasil kerja keras Iqbal. Salah satunya Otorider Do Care, di channel YouTube Otorider. Ide tayangan peduli sesama, menurut saya juga cerminan kepribadian, pria yang selalu sarapan roti dan susu Ultra Taro di kantor ini.
Bewox, sapaan kesayangan rekan-rekan kantor tak pernah ragu menyingsingkan lengan baju membongkar motor saat proses restorasi Otorider Do Care, termasuk mengumpulkan spare parts dan jauh-jauh mengambilnya dari pabrik Astra Otoparts di Cikarang. Bahkan demi memastikan kehadiran pak Putro, pemilik Honda Supra X yang kami pajang di Gaikindo International Auto Show 2018, penyuka game PUBG dengan nickname ‘Poqoyo’ ini menjemputnya langsung ke rumah beliau di Bekasi.
Bukan hanya pekerja keras, pria yang doyan pakai sandal karet ini merupakan pribadi yang menyenangkan. Tingkah konyolnya kerap membuat kami tersenyum dan bahkan terbahak-bahak. Masih lekat dalam ingatan, ia mengenakan wearpack balap lengkap dengan gloves, boots dan helm saat kami mengadakan meet and greet Otodriver, Otorider dan Car Review di GIIAS 2018 lalu.
Passion penyuka minuman ringan Ichitan Thai Tea dan Teh Botol ini mengenai sepeda motor memang sangat kental. Tak jarang ia motoran ke kantor pakai big bike kesayangannya, meski jarak dari rumah lebih dari 40 kilometer.
Setelah sekian bulan bekerja bersama, barulah saya tahu, bahwa ia naik motor besar tak cuma di jalan raya atau untuk ke kantor. Namun setiap ada kegiatan track day di Sirkuit Sentul, nyaris semua diikutinya. “Puas aja mas, bisa tahu rasa maksimal mesin,” ujarnya.
Semenjak itu, Iqbal sering bercerita pengalaman track day. Misalnya tentang dia menyalip beragam big bike pakai KTM RC390 atau saat ia mampu mencapai 288 km/jam di
trek lurus Sirkuit Sentul, di atas Ducati Panigale V4-nya. Atau cerita lain dengan motor dan track day yang berbeda. Tapi ia pun pernah menjadi bahan tertawaan di kantor, lantaran tidak bisa menghidupkan mesin Suzuki Satria tua milik Bisma Adi yang juga karyawan BLM. Maklum masih model diselah pakai kaki. “Kebiasaan ngidupin motor tinggal pencet sih lo,” canda Bisma.
Jumat, 11 Januari 2019, seperti biasa, kami beristirahat di tempat kopi depan kantor. Iqbal pun memberi tahu bahwa ia baru saja membeli BMW 525 E39 lansiran 2001. Saya agak takjub. Buat apa? Dia bilang, akan mulai membuat vlog tentang mobil. Dan E39 ini yang akan jadi bahan untuk vlog mobil pertamanya. Ia pun menawarkan saya mencoba. Kami pun keliling sekitaran Joglo, Jakarta barat. Di dalam mobil ia memberitahu, bahwa Sabtu besok akan track day lagi di Sirkuit Sentul. Kali ini, ia memberi tahu berkali-kali dengan wajah
terlihat sangat bahagia.
Tidak ada pikiran apapun, Sabtu, 12 Januari sekitar pukul 11 siang ada telepon masuk ke hand phone saya. Di seberang sana, suara Manut terbata-bata mengabarkan, bahwa saat track day, Ducati Panigale V4 yang ditunggangi M.Iqbal Hakeem mengalami kecelakaan hebat. Saya kaget dan panik, “Bagaimana kondisi Iqbal?” dengan suara pelan, Manut sebagai atasan langsung Iqbal mengabarkan, ”Iqbal tidak tertolong.” Saya berharap Manut berbohong atau ini mimpi. Tapi kenyataannya tidak. Ini memang benar terjadi. Semua teman kantor akhirnya dikabarkan. Tak ada satupun yang percaya.
Bayangkan, siapa yang mau satu kantor berkumpul di rumah Iqbal hanya untuk mengantarkan ke peristirahatan terakhir? Tapi ini realita. Nyatanya, benar kami mengantarkan kepergian Iqbal ke peristirahatan terakhir dan memberi dukungan moril kepada keluarga yang ditinggalkan. Kami semua terpukul. Di sela mendung gelap dan rintik hujan, akhirnya Iqbal dimakamkan di bilangan Citereup, Bogor. Kami semua hanya bisa memanjatkan doa dan terdiam. Semoga Iqbal husnul khotimah dan nilai-nilai positif yang ditinggalkan bisa menjadi warisan kami...
Penulis: Soni Riharto
Editor: Danu