Merek Audi hingga saat ini selalu dikenal sebagai mobil dengan resale value alias harga jual kembali yang buruk. Hal ini mungkin yang menjadi salah satu penyebab Audi tidak bisa berkembang seperti dua merek Eropa yang ada di tanah air saat ini.
Menanggapi hal ini, pihak PT Garuda Mataram Motor (GMM) selaku APM membenarkan hal tersebut. Namun mereka menyayangkan kepada berbagai pihak, khususnya pedagang mobkas (mobil bekas) yang membentuk harga Audi menjadi rendah. Padahal PT GMM yakin spesifikasi produknya (Audi) di atas mobil-mobil di segmennya.
"Engga salah dia (pedagang mobil bekas) ngomong begitu, betul (harga Audi terjun bebas di pasaran mobil bekas), karena permasalahannya spesifikasi mobil kami tidak dibandingin. Tapi jika kita menjual dengan pedagang, mobil kami disamakan dengan yang penggerak dua roda, produk kami kan penggerak empat roda, pajak lebih mahal," kata Jonas Chendana selaku Chief Operating Officer PT GMM (26/4).
Untuk itu PT GMM merasa bahwa mereka harus memberikan pengetahuan kepada para konsumen untuk sebaiknya tidak menjual mobil Audi ke pedagang. Karena kalangan pedagang dianggap akan memberi apresial harga yang tidak pantas.
"Jadi tugas kami selaku APM mengedukasi, bahwa jangan begitu cara menjual Audi. Contoh jam tangan branded buatan Eropa tapi ketika dijual spesifikasinya dibandingin dengan jam tangan Jepang kan engga head to head," tegas Jonas.
Kini pihak PT GMM merasa bahwa untuk menguatkan merek Audi adalah dengan memberikan support penuh untuk komunitas Audi karena dengan kuatnya komunitas dari brand mobil itu juga akan memperkuat merek Audi di tanah air.
"Makanya kita pakai komunitas untuk membangun brand Audi agar harga bekasnya bisa membaik, dulu juga VW kaya begitu resale value-nya jelek, kita bicara 10 tahun ke belakang, sekarang saya tanya, Golf GT harganya jatuh engga?," tutup Jonas.