Toyota Thailand dipastikan merumahkan ratusan pekerjanya di negara Gajah Putih itu. Kondisi ekonomi dalam negerinya yang melambat kabarnya memaksa raksasa otomotif dari Jepang ini menurunkan produksinya di Thailand.
Seperti yang dilansir Bangkokpost (6/7) lalu, Toyota Motor Thailand melakukan perampingan dengan memutus hubungan kerja 800 karyawannya. Tapi dijelaskan oleh Phuphal Samata yang menjabat sebagai President of Toyota Thailand Worker Union, yang dirumahkan adalah karyawan berstatus kontrak. Dengan kata lain, kontrak tak lagi diperpanjang.
"Perusahaan (Toyota Thailand) melihat kondisi industri otomotif Thailand sedang memburuk, dikarenakan ekonomi global yang lesu," jelas Phuphal. Penjualan Toyota Thailand untuk pasar domestik dan ekspornya pun juga disebut mengalami penurunan.
Toyota yang berdiri di negara Siam ini sejak 1962 kini mengandalkan tiga pabrik pada lokasi yang berbeda. Samrong Plant yang berlokasi di propinsi Samut Prakan dijadikan basis produksi truk pickup dan kendaraan komersial jenis lainnya, sementara dua pabrik di propinsi Chachoengsao difokuskan membuat mobil penumpang.
Dari ketiga pabrik tersebut, Toyota Motor Thailand mampu menggenjot 760.000 unit mobil dalam satu tahunnya. Sayangnya, pada lima bulan pertama 2016 dilaporkan pabrikan ini hanya menjual 87.715. Angka itu lebih kecil 13.4 persen dari periode yang sama di tahun lalu.
Semoga saja hal yang seperti ini tak menular ke Indonesia. Toyota Astra Motor memang melaporkan penurunan penjualan di 2015 dibandingkan 2014, namun tak sebesar penurunan penjualan mobil secara nasional.
Tidak hanya Thailand, Toyota di Jepang juga mengambil sikap untuk melakukan penghematan. Seluruh biaya pengeluarannya diperhitungkan ulang.
Seperti yang diberitakan BBC (9/7), penghematan ini membuat Toyota menonaktifkan dua dari delapan lift di kantor pusatnya dan juga melakukan penyetelan suhu AC gedung agar bisa memberikan tingkat efisien yang maksimal pada konsumsi listrik gedung. Penggunaan lampu LED juga kini dilakukan oleh Toyota karena lebih hemat listrik.
Hal tersebut adalah bentuk kekhawatiran Toyota terhadap kondisi ekonomi global yang lemah dan terus berkurangnya nilai laba mereka sehingga langkah penghematan ini dilakukan agar bisa membantu perusahaan tetap stabil. Sebelumnya Toyota juga pernah melakukan penghematan ini di tahun 2008 saat menghadapi krisis keuangan. Sehingga kebijakan ini bukanlah hal yang baru.
“Penghentian lift dikhususkan untuk meningkatkan kesadaran karyawan juga mengingatkan tentang komitmen bahwa Toyota memiliki gagasan dalam peningkatan daya saing melalui ‘perampingan’ dan mengurangi pemborosan,” tutur jubir Toyota.