Bus sebagai salah satu moda transportasi terpopuler di dunia, bukan hanya berubah dari waktu ke waktu dari segi tampilan. Perubahan berkala dari sisi struktur teknis juag bergerak sesuai dengan perkembangan teknologi rekayasa otomotif dan juga manufaktur.
Salah satunya adalah posisi mesin, secara prinsip, masih diterapkan saat ini, adalah posisi mesin di depan dan di belakang. Ada sejumlah uraian sederhana soala kedua posisi itu. Karena sejak berakhirnya perang dunia kedua ada upaya untuk menempatkan mesin di bagian belakang sasis bus. Tetapi waktu itu ukuran serta desain mesin bus masih belum memungkinkan.
AEC Q-Type muncul tahun 1932 sebagai bus pertama yang mesinnya tidak di depan tetapi di samping
Dari dalam negeri Inggris sendiri ada kampiun bus, Leyland, pada awal tahun 1950 membuat bus tingkat yang mesinnya di belakang. Tetapi dalam perkembangan awal itu, masih belum diperoleh hasil yang maksimal atas desain itu.
Salah satu kendalanya di soal transmisi, hingga kemudian Leyland menemukan opsi yang ‘terbaik’ dengan transmisi semi otomatis yang bisa menjamin bus dapat melaju dengan lebih sempurna.
Pada dasarnya, pilihan mesin di belakang, sampai saat ini merupakan posisi yang akan membuat dek akan lebih rendah sehingga memungkinkan ketinggian bus bisa ditekan. Selain itu konfigurasi jok penumpang juga akan lebih mudah dipersiapkan.