Kendaraan berbasis listrik diprediksikan akan menjadi dominator baru dalam industri otomotif dunia. Sedemikian pula dengan perkembangan baterai yang jadi sakaguru penyimpanan energi sari sebuah mobil listrik. Bagian paling fundamental dari sebuah EV ini pun mengalami pengembangannya sendiri, mulai dari performa hingga material dasar yang digunakan. Harga baterai murah jadi target persaingan di level selanjutnya.
Jika sebelumnya kita akrab dengan baterai lithium-ion yang mahal, kini muncul alternatif yang lebih ekonomis, yakni baterai natrium-ion.
Raksasa baterai China CATL meluncurkan baterai natrium-ion generasi pertamanya pada Juli 2021. Pada saat itu, para analis memperkirakan bahwa sel Na-ion hanya bisa menghasilkan energi maksimal di level sedang, belum setinggi lithium ion.
Walau demikian, CATL bukan satu-satunya pemain baterai natrium. Pada bulan Februari silam Hina Battery meluncurkan tiga jenis sel baterai natrium-ion, dan mengumumkan kemitraan dengan pembuat mobil JAC, yang dilaporkan telah membuat kendaraan uji menggunakan sel Na-ion.
Selain itu bulan Maret lalu, Farasis Energy mengatakan akan memasok sel Na-ion ke pembuat mobil JMEV.
Bahkan sebelumnya BYD pemain EV terbesar di dunia telah mengumunkan bahwa mereka akan mulai memproduksi EV dengan baterai baru pada Q2 2023 dan akan diterapkan pada tiga model yakni Qin, Dolphin dan Seagull.
Pertanyaannya adalah, apakah dengan segala keunggulannya baterai Natrium-ion akan mengancam keberadaan baterai Lithium ion?