Perubahan bisa datang sedemikian cepat, termasuk mengenai kehadiran era mobil listrik yang tiba-tiba sudah ada di depan mata. Padahal bagi pasar Indonesia lima tahun sekitar lima tahun sebelumnya, mobil listrik ataupun hibrid ini seolah jadi pelengkap saja atau malah sebagai pemanis dalam peta otomotif Indonesia.
Bahkan pemerintah Indonesia mencanangkan pada 2025 mendatang 20% mobil yang dijajakan di Indonesia merupakan EV.
Lalu apakah jenis mobil yang sesuai dengan kondisi Indonesia?
Walau nyaris zero emisinya , tapi sejauh ini infrastruktur charging untuk BEV masih sangat terbatas. Kemampuan jelajahnya pun jadi lebih terbatas, sehingga saat ini masih belum bisa dianggap ideal.
Sedangkan untuk FCEV yang mengandalkan mesin yang sangat bersih, dengan sisa emisi berupa air lebih berat lagi, karena hydrogen sebagai bahan bakar mesinnya masih sangat sulit didapatkan dan butuh insfrastruktur besar untuk pengadaannya.
Sedangkan untuk jenis HEV dirasa lebih ideal karena bisa pemilik kendaraan bisa mengabaikan untuk pengisian ulang mobilnya, lantaran sepenuhnya diambil alih oleh mesin bakar yang ada pada mobil. Namun dari sisi emisi masih kalah dengan jenis EV lainnya.
PHEV menjadi pilihan lain yang dianggap paling ideal dengan kondisi tanah air. Mobil ini sebagian besar mengandalkan tenaga listrik untuk bergerak dibandingkan mesin bakarnya. Sehingga polusi yang dihasilkannya pun lebih baik dari HEV. Mobil ini pada dasarnya adalah mobil listrik yang dilengkapi dengan mesin bakar sebagai extender range, sehingga kemungkinan terburuk apabila cadangan listrik menipis dapat mengunakan mesin bakarnya.
Bahkan dalam suatu kesempatan, OtoDriver berkesempatan untuk berbincang dengan Airlangga Hartarto pada saat beliau menjabat sebagai Menteri Perindustrian. Airlangga menegaskan bahwa PHEV merupakan mobil listrik paling pas untuk kondisi Indonesia itu dan masih relevan hingga saat ini.
“PHEV dianggap lebih ideal dari pada Hybrid Electric Vehicle (HEV) karena lebih efisien dan lebih ramah lingkungan,” terang Airlangga.