Dari segi penjualan di Indonesia, angka yang dibuat oleh mobil listrik masih cukup jauh jika dibandingkan dengan torehan yang dibuat oleh mobil bermesin konvensional (bermesin bakar baik bensin ataupun diesel).
Faktor terbesarnya adalah harga yang tinggi, jauh di atas mobil sekelasnya yang menggunakan mesin konvensional. “Banderol mobil listrik yang terlalu tinggi jadi masalah utama yang menyebabkan pasar masih enggan menerimanya,” terang Yohanes Nangoi, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) di sela-sela gelaran Jakarta Auto Week (JAW) 2022 (15/03).
Nangoi mengatakan bahwa harga sebuah mobil listrik murni termurah di angka Rp 600 jutaan, jauh di atas mobil dari segmennya bermesin bakar yang dibanderol Rp 250 jutaan. Namun ia mengatakan bahwa harga yang ada saat ini perbandingannya semakin mengecil jika dibandingkan beberapa tahun lalu ketika mobil dengan elektrifikasi masuk ke pasar nasional. “Sekarang semakin terjangkau walau masih terlalu jauh harganya. Dahulu harga mobil listrik bisa empat kali lipat dari mobil biasa,” lanjutnya.
Sementara itu, berbicara income per capita dari masyarakat Indonesia, saat ini masih di kisaran US$ 600 per tahun. “Jika nantinya, angka tersebut terjadi peningkatan, maka dipastikan minat pada mobil listrik akan bertumbuh dan terjadi akselerasi,” tutupnya.