Jika umumnya kendaraan komersial seperti truk dan pikap masih menggunakan 'ban dalam' pada ban yang digunakannya, belakangan ini, tipe ban tubeless yang umumnya digunakan mobil penumpang, sudah bisa digunakan oleh kendaraan komersial.
Berbincang tentang sejarah ban tubeless, ternyata banyak paten diajukan berkenaan dengan ban tanpa 'ban dalam' ini. Killen Tyre diketahui mengajukan paten pada 1928 dan menerima patennya di Inggris pada 1930. Menyusul Wingfoot Corporation, anak perusahaan Goodyear Tire diberikan paten di Afrika Selatan pada tahun 1944. Karena masalah teknis, sebagian besar desain ini hanya dibuat untuk produksi terbatas atau malah ditinggalkan.
Paten selanjutnya muncul dari Frank Herzegh yang berkerja di BFGoodrich yang mengajukan paten pada 1946 dan mengantongi hak paten pada 1952. Perbedaan utama antara desain BFGoodrich dan pendahulunya adalah penggunaan karet butil, yang lebih tahan terhadap kebocoran udara daripada karet alam yang digunakan dalam desain lainnya. Struktur yang dipatenkan oleh BFGoodrich ini sekaligus menerapkan standardisasi pada konstruksi dan bahan untuk jenis ban tubeless.
“Unsur safety (keselamatan) menjadi sebab utama yang membuat industri ban tertarik pada jenis ini, seperti kemampuannya menahan tekanan angin saat terjadi kebocoran, semisal tertusuk paku,” jelas Zulpata Zainal, On Vehicle Test PT Gajah Tunggal,. Tbk. “Saat tertusuk benda asing maka tekanan ban tidak serta merta akan hilang, sehingga kendaraan masih dapat dikuasai handlingnya,” jelas pria yang akrab disapa Pak Zul ini. “Sementara dari sisi keamanan, pengemudi masih memiliki banyak kesempatan untuk mengemudikan kendaraannya menuju tempat yang aman untuk melakukan penggantian ban,” tutupnya.