Mungkin saat ini salah satu jejak General Motors ini cukup sulit ditemukam keberadaannya. Namun sejarah mencatat bahwa pada 1976, PT Garmak Motor pernah mengenalkan kendaraan komersial sederhana yang dilabeli Morina atau Mobil Rakyat Indonesia. PT Garuda Diesel pun kemudian ditunjuk oleh Garmak Motor sebagai distributornya.
Morina merupakan salah satu produk dari diberlakukannya kebijakan Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana (KBNS) yang dikeluarkan oleh pemerintah guna meningkatkan investasi di industri otomotif Indonesia saat itu.
Walaupun menyandang nama Nasional, namun mobil ini sepertinya kurang tepat jika disebut sebagai proyek Mobil Nasional. Hal lain yang mendasari kelahiran mobil ini adalah, program yang dibuat oleh kelompok bisnis General Motors untuk membuat kendaraan yang dirakit di negara-negara berkembang di Asia Tenggara dan Amerika Latin, dengan nama yang disesuaikan pada tiap-tiap negara. Pihak General Motors menyebutnya sebagai Basic Transportation Vehicle (BTV).
Dalam pengembangan proyek ini GM mengandalkan Vauxhall dan Opel yang dinilai berpengalaman dalam mengembangan mesin berkapasitas kecil.
Proyek ini salah satu strategi untuk menggenjot kemungkinan perakitan kendaraan sederhana di negara-negara berkembang dan Vauxhall Motors akan menyediakan komponen dasar, lalu dealer lokal di setiap negara akan bertanggung jawab untuk mengembangkan dan perakitan akhir kendaraan.
Dari proyek ini muncul berbagai nama Morina dari Indonesia, Harimau (Malaysia), Harabas (Filipina), Tapir (Guyana), Pinolero (Nikaragua), Chato (Guatemala), Cherito (El Salvador), Compadre (Honduras), Amigo (Costa Rika), Andino (Ekuador), Mitao (Paraguay).
Mengenai mesin yang digunakan oleh Morina adalah 4 silinder, 1.256 cc bikinan Bedford (anak perusahaan Vauxhall) dengan daya 59 hp dengan konsumsi bahan bakar yang 9 liter/100 km atau setara 1 liter untuk 11,2 km.
Pada 11 Juni 1976, Morina resmi diluncurkan di Indonesia dan diklaim telah menggunakan 40% komponen lokal (sasis, bodi, ban dan aki) dengan harga Rp 1.250.000.
Seiring berjalannya waktu, pihak GM pun meningkatkan komponen lokal hingga 60%. Namun sepertinya upaya yang dilakukan ini tak memberikan hasil yang menggembirakan. Penjualan mobil ini tak pernah mencapai hasil yang gemilang, terlebih ketika Toyota Kijang hadir pada 1977 yang dibanderol Rp 250.000 lebih mahal namun jauh gemilang dalam penjualan.
Oleh suatu sebab, proyek BTV seluruhnya dihentikan oleh General Motors pada 1980. Sedangkan Morina yang sudah terseok-seok dalam penjualan pun akhirnya diketok palu agar dihentikan produksinya pada 1979.
Di sepanjang masa produksinya, Morina sempat dijual di bawah angka 1.000 unit saja.