Era penggunaan Biosolar B30 sudah mulai bergulir sejak awal tahun 2020 ini, sedangkan ketok palu untuk aplikasi standar emisi Euro 4 akan digulirkan tahun 2021 mendatang.
Beberapa pabrikan sudah menyiapkan startegi untuk menghadapi dua hal ini, terutama untuk menyesuaikan sertifikasi Euro 4. Salah satunya Isuzu, yang akan menjejalkan mesin Traga versi Filipina yang berteknologi common-rail dan tentunya berstandar emisi Euro 4. Menurut pihak Isuzu, akan ada beberapa penyesuaian pada mesin Traga jika nanti standar emisi ini diterapkan.
Namun dari pihak Mitsubishi yang juga bermain pada segmen Traga justru belum angkat bicara. Seperti kita tahu, bahwa dengan L300, pabrikan Tiga Berlian ini masih menjadi penguasa kelas kendaraan Cabin On Engine (COE) bermesin diesel, dengan rapor penjualan 24.956 unit (data Gaikindo sampai Oktober 2019), atau hampir lima kali lipat dari rekor jualan Traga (4.396 unit ) di periode yang sama.
“Sampai detik ini kami belum bisa memberikan keterangan apapun tentang rencana Mitsubishi terhadap L300 di Indonesia,” terang Jerry Amran, Head of Media & Corporate Relations Mitsubishi Motor Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Bungkamnya MMKSI ini tak bisa membendung spekulasi tentang bursa calon mesin yang akan dijejalkan pada sang legenda kendaraan kerah biru ini. Kemungkinan menggunakan mesin 4N14 seperti halnya L300 Filipina atau mesin lain seperti yang diandalkan oleh Triton, yakni 4D56T.
Dari spesifikasi, 4N14 mampu menoreh daya 97,85 dk/3.500 rpm dan torsi 200 Nm/1.000-3.500 rpm (spesifikasi Mitsubishi Filipina). Sementara, mesin 4D56T punya banyak varian, namun spekulasi kita fokus ke tipe yang digunakan oleh kasta terendah Triton yakni HDX single cabin ataupun double cabin yang kami rasa pas digunakan pada L300.
Pada dasarnya mesin ini punya standar emisi Euro 4, namun kemudian mengadopsi standar Euro 2 untuk menyesuaikan dengan kondisi bahan bakar di Indonesia. Generasi Triton HDX terbaru saat ini menggunakan mesin berdaya 79dk/4.000 rpm dan torsi 200Nm/1.500-3.500 rpm. Mungkin jika dikembalikan ke standar Euro 4 dan disesuaikan dengan Biodiesel B30 akan ada perbedaan spesifikasi, tetapi kita gunakan spesifikasi dari brosur yang ada saat ini.
Jika dari kemampuan mengayuh performa, keduanya punya perbedaan yang lumayan besar pada output tenaganya, namun nyaris sama dalam hal torsi. Perlu diingat bahwa volume 4N14 hanya 2.200 cc, sedangkan 4D56T 2.500 cc. Mesin L300 Pinoy boleh saja lebih modern, namun menurut pendapat kami tetap saja, mesin 4D56T masih akan jadi pilihan yang realistis untuk di Indonesia.
Memang, mesin 4D56T tergolong mesin gaek, namun mesin ini sudah terbukti andal dan terpercaya, sedangkan mesin 4N14 masih tergolong ‘bocah anyar’ dalam ring. Tabiatnya belum banyak diketahui oleh banyak kalangan, begitupun dengan daya tahannya.
Salah seorang narasumber kami yang di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, yang akrab dengan L300 ataupun Triton mengatakan, dirinya berharap Mitsubishi Indonesia akan gunakan mesin 4D56T. “Mesin ini terbukti bandel bahkan pada Triton yang sudah common-rail. Orang bengkel sudah cukup familiar dan kami bisa bertukar sparepart antara L300 dan Triton,” terang pria berkacamata minus ini. “Ujung-ujungnya bisa lebih ekonomis,” kekehnya menutup pembicaraan.