OTODRIVER - Mobil listrik diklaim sebagai mobil yang lebih ekonomis dalam hal operasional jika dibandingkan dengan mobil yang digerakkan dengan mesin berbahan bakar fosil.
Saat menjelajah di daerah perkotaan, EV dikatakan punya efisiensi yang cukup baik. Di mana EV lebih efisien dalam menggubah energi menjadi gerakan dibanding ICE (internal combustion engine). Artinya lebih sedikit energi yang terbuang.
Namun demikian, bukan berarti mobil listrik tidak punya titik di mana ia mampu menjadi mesin yang cukup boros energi. Dan kondisi tersebut terjadi saat ia digeber terus menerus dan mendapatkan regenerative energi yang minim. Contohnya saat berada di dalam jalan bebas hambatan.

Mengapa jalan tol yang biasanya menjadi zona efektif bagi ICE justru menjadi penguras daya pada EV?
Product Expert Assistant Manager, PT Hyundai Motors Indonesia (HMI), Bonar Damarjati Pakpahan menjelaskan bahwa ada tiga hal yang menyebabkan mobil listrik sedemikian rakus menyedot daya setrumnya saat melaju di jalanan bebas hambatan yakni :
- Karakter motor listrik
- Minimnya kesempatan melakukan regenerative braking
- Aerodinamika.
“Umumnya EV dilengkapi dengan transmisi 1 percepatan, sehingga pada kecepatan tinggi rotor pada motor listrik harus berputar lebih cepat dan inverter harus bekerja keras dalam mengkonversi arus DC dari baterai ke listrik AC untuk menggerakkan motor listrik sehingga terjadi switching losses (proses konversi menjadi tidak sempurna seiring dengan kebutuhan daya),” ungkap Bonar.
“Beda dengan mobil ICE, walau tidak efisien dalam mengolah energi dari BBM jadi energi gerak, namun saat di tol beban kerjanya lebih konsisten, rpm stabil, gak ada energi yang terbuang saat idling, dan umumnya proses pembakaran paling optimal di titik tersebut,” sambungnya.
Pria yang penggemar nasi goreng ini meneruskan bahwa di dalam jalur bebas hambatan, cukup minim terjadi regenerative braking. “Lantaran jarang ngerem, BEV gak punya kesempatan untuk mendapatkan “bonus” pengubahan energi kinetik dari pengereman menjadi energi listrik yang bisa disimpan ke baterai,” sambungnya.
Sedangkan untuk faktor ketiga adalah hambatan udara pada mobil di mana pada kecepatan lebih tinggi maka akan semakin menyedot daya besar. Sebenarnya faktor hambatan udara ini juga menjadi penguras daya juga pada mobil bermesin konvensional.
Dari masalah hambatan udara ini, maka banyak EV yang dirancang dengan mengedepankan unsur coefficient drag (Cd) yang lebih kecil.(SS)








