Pemerintah Amerika Serikat telah membuka penyelidikan terhadap sistem mengemudi otomatis milik Tesla setelah ada laporan 11 kecelakaan akibat fitur tersebut sejak 2008 silam.
Seperti dilaporkan oleh Associated Press, Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) mengidentifikasi setidaknya 17 orang terluka dan satu orang tewas dalam rangkaian kecelakaan tersebut.
Investigasi dilakukan terhadap 765.000 kendaraan yang telah dijual Tesla di AS, mencakup semua model sejak 2014 hingga 2021.
"Penyelidikan akan menilai teknologi dan metode yang digunakan untuk memantau, membantu, dan mendesak keterlibatan pengemudi saat menggunakan sistem autopilot,” kata NHTSA dalam dokumen investigasinya.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) merekomendasikan agar NHTSA memastikan produsen mobil autopilot seperti Tesla lebih memperhatikan sistem dan keamanan untuk pengemudi. NTSB tidak memiliki wewenang atas penegakan dan hanya dapat membuat rekomendasi kepada lembaga federal lainnya.
Profesor teknik listrik dan komputer di Universitas Carnegie Mellon, Raj Rajkumar, mengatakan penyelidikan oleh NHTSA sudah lama tertunda.
Menurutnya, kegagalan Tesla memantau dan memastikan keselamatan pengemudi harus menjadi prioritas utama dalam penyelidikan. Tesla memang mampu mendeteksi tekanan pada roda kemudi untuk memastikan pengemudi tak lepas tangan sepenuhnya, namun pengemudi sering kali menipu sistem.
“Sangat mudah untuk melewati masalah tekanan kemudi. Ini sudah berlangsung sejak 2014. Kami sudah membicarakan ini sejak lama,” kata Rajkumar.