Salah satu crossover terbaru Mazda, yaitu CX-3 bisa dibilang cukup ditunggu-tunggu oleh konsumen di Indoensia. PT Eurokars Motor Indonesia (EMI) baru saja mengadakan Mazda Media Drive dan OtoDriver mendapatkan kesempatan untuk merasakannya.
Mazda CX-3 yang sudah diluncurkan sejak bulan Maret 2017 kemarin untuk pasar Indonesia ini sebenarnya memiliki segmen secara dimensi yang satu tingkat dengan Honda HR-V dan Nissan Juke. Namun EMI merasa CX-3 tidak masuk dalam segmen tersebut karena secara fitur Mazda CX-3 jauh lebih unggul sehingga harganya juga jauh lebih tinggi.
EMI juga menjelaskan bahwa bahasa desain eksterior Mazda CX-3 juga menggunakan bahasa desain generasi baru Mazda yaitu KODO. Mulai dari desain kaca kabin yang berukuran kecil sehingga terlihat sporty, pelek berukuran besar, overhang depan dan belakang yang kecil serta kap mesin yang memiliki dimensi panjang.
Untuk dapat merasakan segala aspek mobil ini, EMI mengadakan sesi test drive dengan rute Jakarta – Bandung melalui rute Jakarta – Sentul – Puncak - Bandung.
Saat saya masuk ke dalam kabin, saya langsung mencari posisi duduk yang paling baik untuk dapat memberikan kenyamanan dalam melakukan perjalanan panjang. Pengaturan kedua jok di bagian depan masih dilakukan secara manual untuk tipe Touring. Lingkar kemudi pun juga dapat diatur karena suda dilengkapi dengan tilt dan teleskopik. Dengan kedua hal ini yang dapat diatur, saya sudah mendapatkan posisi duduk yang nyaman.
Saat mulai berjalan, saya langsung dapat merasakan suspensinya. CX-3 dapat meredam berbagai kontur dengan baik. Memang bukan suspensi yang empuk karena lebih terasa sporty selayaknya mobil crossover di kelasnya. Selain itu kesenyapan kabinnya juga kami nilai sangat baik karena suara angin ataupun suara lain yang berasal dari luar kabin tidak terlalu tembus ke dalam kabin.
Tujuan pertama kami adalah ke Sentul untuk merasakan salah satu fitur andalannya G-Vectoring Control (GVC). GVC merupakan teknologi terbaru dari Mazda yang baru pertama kali digunakan pada mobil dengan tujuan untuk menambahkan rasa kenyamanan. Cara bekerja sistem ini adalah saat mobil mulai masuk ke tikungan. Di sinilah level torsi mesin dikurangi dan akan kembali lagi levelnya saat sudah keluar dari tikungan atau sudut lingkar kemudi kembali melurus.
Pengurangan level torsi mesin ini maksimal hanya 3% dan itu tidak mutlak langsung 3% karena menyesuaikan sudut kemiringan mobil dan putaran lingkar kemudi. Pengurangan 3% level torsi ini bisa dibilang sangat tidak terasa namun gaya sentrifugalnya jelas memang terasa menggigit namun halus dibanding normalnya. Mobil seakan memiliki grip lebih di tengah tikungan.
Selesai merasakan fitur GVC, kami di arahkan menuju Bandung via Puncak. EMI memberikan kesempatan untuk dapat merasakan performa mesin 2.000 cc empat silinder DOHC berteknologi SkyActiv-G yang mampu menghasilkan tenaga 148,2 PS dengan torsi 192 Nm.
Tenaga mesin CX-3 terasa agak underpower untuk bisa mengikuti rombongan yang dikawal dengan voojrider. Tampaknya memang Mazda meracik transmisi otomatis 6 percepatannya untuk pemakaian dalam kota agar memiliki tingkat efisiensi yang baik.
Pihak EMI mengingatkan untuk dapat memberikan rasa fun yang baik, sebaiknya gunakan mode berkendara Sport. Langsung saja kami pindahkan ke mode Sport. Di sinilah baru terasa mesin dan transmisi bekerja dengan sangat responsif. EMI memang menyampaikan bahwa dengan mode sport, perilaku drive by wire dan transmisi menjadi lebih agresif.
Transmisi akan melakukan perpindahan gigi di putaran mesin yang lebih tinggi dan juga akan menahan putaran mesin di posisi tinggi agar bisa mendapatkan tenaga instan untuk dapat menanjak ataupun mendahului.
Selain itu yang memberikan keuntungan menggunakan mode sport adalah membuat mesin lebih sigap untuk melakukan engine brake. Ini sangat membantu kami saat melakukan perjalanan dengan kontur menuruni tanjakan di kawasan Puncak.
Di kawasan Puncak inilah kami dapat merasakan lagi fitur GVC saat meliuk-liuk di tikungan-tikungan sepanjang perjalanan. Memang badan terasa lebih nyaman karena gerakan sentrifugal yang lebih halus.
Masih melanjutkan perjalanan, hari pun sudah menjadi gelap. Fitur lampu LED dapat kami rasakan yang sudah menjadi standar pada lampu utama dan foglamp CX-3. Lampu ini terasa menjangkau jarak jauh dengan terang dan juga bersinar dengan rapi karena sudah menggunakan proyektor.
Fitur penunjang kenyamanan lainnya adalah hadirnya audio dengan suara berkualitas. Sayangnya CX-3 memang belum audio racikan Bose. Suaranya oke tapi belum bisa dibilang premium.
Soal harganya? Untuk tipe yang kami coba ini adalah tipe Touring yang merupakan tipe terendah dari CX-3 yang saat ini dibanderol Rp 388 juta.
KESIMPULAN
Mazda CX-3 menurut kami menjadi the next level crossover di kelasnya yang saat ini di Indonesia juga diisi oleh Honda HR-V, Nissan Juke, dan Chevrolet Trax mengingat harganya yang berada di atas para rivalnya. Namun CX-3 memang memiliki segudang fitur yang tidak dimiliki oleh rival-rivalnya. Kami akan segera mengetes mobil ini dalam jarak jauh saat unit tes sudah tersedia.
SPESIFIKASI
Mazda CX-3 Touring
Kapasitas Mesin : 2.000 cc empat silinder SkyActiv-G
Tenaga maksimum. : 148,2 PS
Torsi maksimum : 192 Nm
Transmisi : Otomatis 6 Percepatan
Penggerak : Front Wheel Drive
Harga : Rp 388 juta (hingga akhir bulan Mei 2017)