OTODRIVER - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memutuskan kuota impor bahan bakar minyak (BBM) 2026 untuk badan usaha pengelola SPBU swasta, seperti Shell, BP, Vivo, dan ExxonMobil pada pekan depan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, pekan ini (10/12) mengutarakan bahwa pekan depan diharapkan sudah ada kuota yang definitif yang akan diberikan ke penyedia BBM bagi SPBU swasta.
Laode mengungkapkan lagi, seperti dikutip dari Antara, ia berkoordinasi dengan jajarannya untuk merumuskan opsi-opsi ihwal impor BBM untuk SPBU swasta. Nantinya dari beragam opsi tersebut akan diteruskan ke Menteri ESDM.
Selanjutnya pihak Kementerian ESDM yang akan memutuskan akan memilih satu kebijakan dari opsi yang sudah dipersiapkan tadi. Salah satunya, menurut Laode, mempertimbangkan penambahan kuota impor sebesar 10 persen dari kuota impor pada 2025.
Kebijakan tersebut sudah diberlakukan pemerintah pada 2025, yakni menambah kuota impor sebesar 10 persen dari 2024. Namun dalam pelaksanaannya sejumlah SPBU swasta, yakni Shell dan BP, kehabisan kuota impor pada pertengahan Agustus 2025, dan SPBU Vivo menyusul pada Oktober 2025.
Dari kondisi tersebut muncul solusi yang ditawarkan oleh Kementerian ESDM kepada penyedia BBM ke SPBU swasta yang kehabisan kuota impor adalah melakukan kolaborasi antarbisnis dengan Pertamina Patra Niaga.
Atas kesepakatan kolaboratif itu stok BBM jenis RON 92 untuk SPBU BP pulih pada akhir Oktober 2025. Pemulihan stok BBM jenis RON 92 juga dilakukan atas permohonan pihak Vivo pada akhir November 2025. Dan di awal Desember ini dipasok lagi fuel base untuk mengisi lagi stok BBM di SPBU Shell.
Secara keseluruhan, hingga awal Desember 2025, Pertamina Patra Niaga telah menyalurkan 430 ribu barel fuel base kepada tiga penyedia BBM ke SPBU swasta tersebut. (EW)










