Mobil listrik merupakan ‘mahluk’ baru yang akan segera mengubah wajah dunia otomotif dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini pun akan terjadi di Indonesia dan kami rasa waktu kedatangannya tinggal menghitung hari.
Dalam salah satu kesempatan, kami berkesempatan mencoba langsung untuk mengenal lebih akrab dengan jenis mobil setrum ini.
Gayung bersambut, MG ZS EV pun jadi kesempatan kami untuk benar-benar melakukan pengujian jarak jauh.
Bentangan Tol Trans Jawa (Jakarta-Surabaya) sepanjang 784,12 km (estmasi berdasarkan Google map) pun menjadi lokasi pengujian sesungguhnya bagi mobil yang punya daya baterai 50,3 kWh.
SUV EV ini pun punya kinerja motor listrik yang cukup mengesankan dengan daya sebesar 177 hp dan torsi 280 Nm. Sedangkan untuk rangenya ada di angka 403 km berdasar standar NEDC (New European Driving Cycle). Cukup menjanjikan, karena dengan data tersebut estimasi kami ZS EV hanya akan melakukan sekali recharge dari start hingga finish.
Skenarionya perjalanan kami dibagi menjadi dua etape yakni Jakarta-Semarang dan Semarang-Surabaya.
Rute Jakarta-Semarang
Perjalanan kami mulai dari Pondok Pinang di Jakarta Selatan (12/09), kondisi baterai ada di 98%. Pada MID tertera jarak tempuh di angka 320 km, bukannya 400 kilometeran seperti klaim yang dihitung berdasar standar NEDC. Jalur yang kami pilih sepenuhnya menggunakan tol, mulai lingkar dalam hingga Trans Jawa.
Pada etape pertama, driving mode ZS EV lebih banyak disetel di posisi Normal, walau sesekali kami coba ganti ke posisi Sport dan juga Eco. Setidaknya 70%nya adalah mode Normal. Sedangkan untuk mode Kinetic Energy Recovery System (KERS) kami tempatkan pada level 3 alias paling besar daya rekoveri isi baterainya. Sehingga saat pedal gas dilepas, terasa deselerasi yang cukup terasa.
Saat mode Sport performa mobil pun saat responsif, konsekuensinya daya baterai lebih cepat berkurang. Untuk mode Normal tentu tidak seresponsif, namun masih cukup menyenangkan untuk digunakan. Dan ketika mode Eco, performa mobil pun tak segarang sebelumnya dan jadi lebih soft dalam mengegelontorkan daya.
Pada etape pertama ini kami berusaha untuk berkendara senormal layaknya mobil bermesin bakar. Kecepatan rata-rata pun menyentuh angka 100-120 km/jam. Mobil dengan bobot kosong 1.610 kg plus tiga penumpang dan barang ini terasa sedikit limbung saat menerjang permukaan jalan yang tidak rata.
Tiba pada rest area KM 207, untuk pertama kalinya ZS EV melakukan charging dengan posisi tempuh 226 km dan kondisi baterai 16%. SPKLU super fast charging pun memberi asupan pada SUV sentrum hingga posisi 93% dalam waktu 53 menit. Terasa tanggung, pengecasan pun kami tambah lagi untuk mencapai 100% dan ternyata butuh waktu 31 menit.
Total biaya pengecasan adalah Rp 124.350, di mana pegecasan pertama biayanya Rp 106.316 untuk 39,7 kWh. Rinciannya Rp 97.931 untuk pengisian baterai, Rp 7.834 untuk membayar pajak penerangan jalan (PPJ), serta biaya administrasi LinkAja Rp 550 untuk bisa membayar biaya cas baterai via aplikasi Charge.in. Sedangkan pengecasan kedua mengisi 6,63 kWh dengan biaya Rp 18.214. Total waktu dua pengecasan ini adalah 84 menit.
Perjalanan pun kami lanjutkan dan tetap menggunakan gaya mengemudi yang kurang lebih sama. Hingga di rest area KM 379, ZS EV ini kami isi lagi saat kondisi baterai tinggal 43% dengan jarak yang tersisa 99 km pada MID.
Kali ini pengisian berlangsung cukup lama lantaran SPKLU yang tersedia hanya ada model slow charging. Butuh waktu 104 menit dan biaya Rp 30.092 (termasuk pajak dan administrasi) untuk mendapatkan daya10,8 kWh.
Mobil tidak diisi penuh dan hanya ditargetkan untuk sampai di Semarang. Pengecasan hingga penuh pun dilanjutkan di SPKLU PLN UID Jatingaleh Semarang. Butuh 64 menit untuk mengisi 40 kWh dengan biaya Rp 108.102.
Total pengisian dilakukan sebanyak tiga kali untuk etape Jakarta-Semarang berikut dengan persiapan untuk etape selanjutnya.
Rute Semarang-Surabaya
Rute kedua, MG ZS EV dihadapkan kontur jalan yang lebih bervariasi. Tanjakan beberapa tanjakan yang lumayan tinggi dan panjang pun terhidang tak lama saat melantai di tol dari kota Semarang. Kali ini ditetapkan untuk menggunakan mode Eco dan pengaturan KERS tingkat tiga.
Pada tes area KM 519, kami melakukan recharging lagi walau baterai masih tersisa 55% dengan sisa jarak 417 km pada MID. SPKLU super fast charging di sini memulihkan baterai 100% dalam 53 menit untuk pengisian 24,57 kWh dan ongkosnya Rp 67.164 sudah termasuk administrasi.
Mode Eco dengan KERS stage III tetap diberlakukan untuk melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Kecepatan pun dijaga tak lebih dari 100km/jam.
Pengurangan baterai pun dipantau dengan lebih seksama. Baterai terpantau tersisa 65% di KM 615 dan 48% saat melintas di KM 658. Mode pengiritan dengan menjaga muntahan daya motor di angka 20% pun diberlakukan.
Dengan strategi ini membawa MG ZS EV finish di Hotel Santika Premiere Gubeng dengan selamat dan menyisakan 17% dari kapasitas baterai dengan sisa range 53km. Sedangkan odometer pada MID pun tercatat 782,7 km.
Total keseluruhan biaya mencapai Rp 329,888 memang cukup mengiurkan dan terjangkau, namun problem terbesar dari mobil EV yakni lamanya pengecasan yang jauh lebih lama dari sebuah mobil konvensional masih menjadi kendala tersendiri. Kendati demikian, dengan trend EV yang semakin besarm sangat diharapkan akan terjadi pengembangan-pengembangan baru di mana kapasitas baterai, jarak tempuh ataupun sarana-prasarana untuk pengisian EV akan lebih meningkat ke depannya.
Berikut rincian biaya, daya dan konsumsi rata-rata MG ZS EV pada saat pengetesan
Total biaya pengisian charging Rp 329.888
Total daya pengisian 121,787 kWh
Rata-rata Konsumsi daya 6,4 km.kWh