Kampas rem tentunya merupakan komponen penting pada perangkat pengurang laju kendaraan. Saat ini ada dua jenis kampas rem yang beredar di pasaran, yaitu yang berbahan asbestos dan non-asbestos.
Tentang bahan kampas rem ini, sempat menjadi pembahasan Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan dengan Kadishub Kota Surabaya, Tunjung Iswandaru pada sebuah podcast, seperti yang diunggah pada akun instagram @wildanknkt.
Jenis asbestos terbuat dari asbes dicampur resin, warnanya cerah, memiliki ketahanan panas antara 200 - 250o Celcius. Jenis kampas rem ini selain tidak ramah lingkungan, juga buruk dalam melakukan disipasi panas (membuang panas), sehingga lebih cepat mengalami brakefading (rem blong) saat digunakan pengereman secara maksimal.
Sementara non-asbestos terbuat dari serat kevlar dan steel fiber. Warnanya gelap dan agak mengkilat, memiliki ketahanan panas hingga 400o Celcius dan sangat bagus dlm melakukan disipasi panas.
Rem jenis ini sangat bagus digunakan utk meminimalkan risiko rem blong. Bahkan rem ini direkomendasikan oleh semua APM dan melarang penggunaan kampas jenis asbestos. Tapi di aftermarket malah lebih banyak beredar kampas rem asbestos dibandingkan non-asbestos.
Tentunya pada aftermarket lebih banyak tersedia non-asbestos, karena banyaknya permintaan. Pada umumnya perusahaan bus atau truk, lebih menggunakan kampas asbestos, meskipun harganya mahal. Karena ada anggapan rem asbestos ‘lebih pakem’ sehingga sesuai dengan karakter pengemudi yang offensive, dengan jarak sangat dekat dengan kendaraan di depannya.
Menurut Ahmad Wildan, pentingnya edukasi penggunaan kampas rem non-asbestos yang terkait dengan karakter pengemudi tersebut, sehingga perusahaan diharapkan mau melatih pengemudinya defensive driving dan menggunakan kampas rem yang ramah lingkungan dan aman.