Dewan Pengurus Pusat Organisasi Angkutan Darat (DPP ORGANDA) menyatakan, selama ini pengusaha bus was-was terhadap tren penurunan jumlah penumpang bus antarkota antarprovinsi (AKAP). Tanpa menyebut presentasenya, Adi menyebutkan, tren penurunan ini sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir, dan beralih ke moda angkutan lain.
ISTIMEWA
Menurut Adi, tren penurunan ini disikapi pengusaha bus dengan mengurangi frekuensi pemberangkatan armadanya ke sejumlah kota tujuan demi menekan kerugian biaya operasinal.
Adi juga menjelaskan, tren penurunan arus penumpang ini dialami pengusaha bus asal daerah, yakni dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, bahkan dari Nusa Tenggara Barat yang memiliki trayek ke Jakarta.
Karena penurunan penumpang, ada perusahaan otobus (PO) yang hanya beroperasi dua hari sekali atau mungkin kurang.
Terkait dengan pemberlakuan kebijakan wajib masuk ke Terminal Terpadu Pulogebang di Jakarta Timur untuk bus-bus jurusan Jawa Timur dan Jawa Tengah, Adi menyatakan hal tersebut membuat pengusaha bus harus mengeluarkan investasi tambahan berupa pengadaan armada pengumpan (feeder).
Armada feeder ini mengangkut penumpang dari eks agen penjualan tiket bus yang tersebar di sejumlah titik di DKI Jakarta menuju titik pemberangkatan bus di Terminal Terpadu Pulogebang.
Adi berharap regulator mempertimbangkan karakter penumpang angkutan bus. "Sejak aturan bus AKAP Jateng dan Jatim harus masuk Terminal Terpadu Pulogebang, perusahaan otobus mau tidak mau menyiapkan feeder sendiri agar pelanggan mereka tak berpindah moda angkutan lain," katanya.
Mengacu pada data yang dimiliki ORGANDA, mayoritas penumpang bus AKAP tujuan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur terbanyak berangkat dari wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
Atas nama DPP ORGANDA, dia berharap bus-bus yang berangkat dari Terminal Pulogadung juga diberangkatkan dari Terminal Pulogebang. Begitu pula bus AKAP yang berangkat dari Terminal Kampung Rambutan agar bisa transit di Terminal Terpadu Pulogebang.
“Kami berharap bisa kita bisa memperbaiki bersama akses penumpang ke Pulogebang ini. Kami terbuka dengan berbagai opsi, mohon kiranya pihak Kemenhub dan Dishub juga sama-sama jujur dengan situasi di lapangan," katanya.
Adi menambahkan, jika tidak mempertimbangkan karakteristik penumpang bus, biaya yang harus dikeluarkan penumpang ketika akan naik bus ke luar kota akan semakin mahal. Hal ini berpotensi membuat mereka meninggalkan moda angkutan bus dan berpindah ke moda lain.