Awal pekan ini (18/7), jagad truk Indonesia dikejutkan lagi dengan kejadian truk pengakut BBM Pertamina yang menyeruduk sejumlah kendaraan di Jalan Alternatif Cibubur (Transyogi), Bekasi Jawa Barat. Bukan main-main akibat dari kejadian itu menyebabkan sejumlah nyawa melayang, mereka adalah pemakai motor yang ditabrak truk tersebut dari belakang.
Jika menilik dari waktu kejadian, seharusnya kecelakaan itu tidak perlu terjadi jika pengemudi truk tanki tersebut bisa menjaga kewaspadaannya secara maksimal. Bagaimana tidak, peristiwa tersebut berada di jam pulang kerja dan sebagaimana biasanya ruas jalan itu dipadati oleh kendaraan berbagai jenis.
Namun menjadikan pengemudi truk nahas tersebut sebagai ‘kambing hitam’ jelas bukan mencari penyebab awal dari kecelakaan tersebut. “Kita harus melihat kejadian ini dari sisi contributor factor-nya, jangan reaktif,” buka Jusri Pulubuhu, Training Director sekaligus Founder dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).
Pria yang kerap kali jadi “Road Captain” dalam berbagai kegiatan turing bermotor itu justru mengarahkan dugaan pada soal proses pra perjalanan sebagai titik awal penyelidikan. “Fleet management Pertamina harus diaudit kalau ada kejadian seperti ini, hal itu berkaitan dengan adanya persoalan ‘rem blong’ yang tidak bisa dilepaskan dari soal pengelolaan operasional kendaraan sampai pemeriksaan kelaikan maupun pengadaan suku cadang. Tidak semudah itu bilang penyebabnya rem blong ataupun kelalaian pengemudi saja,” jabar Jusri lagi.
Ditegaskan lagi oleh pria yang sudah lebih dari 40 tahun menggeluti soal ‘road safety’ itu, salah satu solusi agar kejadian dengan karakter masalah serupa tidak terulang memeriksa ulang bagaimana perusahaan yang bergerak di bidang transportasi menjalankan proses kerjanya. “Efek jeranya disitu yang perlu ditelaah sebenarnya,” tutup Jusri.